Mengenal Cerita Kisah Malin Kundang Anak Durhaka

Siapa yang tidak mengenal cerita Malin Kundang? Cerita Legenda dari wilayah Sumatera Barat ini bercerita mengenai seorang anak yang durhaka kepada ibunya dan lantas dikutuk menjadi sebuah batu.Sejak masih anak-anak, kita sudah mendengarkan atau membaca cerita Malin Kundang tersebut. Cerita Malin Kundang selalu menjadi pengingat bagi siapa saja untuk nurut dan berbakti kepada orang tua terutama ibu. Lantas bagaimana selengkapnya cerita Malin Kundang yang banyak memberikan pesan moral? Yuk, Bunda simak ceritanya berikut ini.

Malin Kundang memutuskan merantau mencari nafkah

Ketika beranjak dewasa, Malin berpikir untuk pergi merantau slot depo 25 bonus 25
ke negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali pulang ke kampung halaman, ia akan menjadi seorang yang kaya raya.Niatannya untuk pergi mencari nafkah terwujud setelah menerima ajakan seorang nakhoda kapal dagang, yang dulunya hidup miskin kini sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Ibu Malin selalu berdoa agar anaknya sehat, sukses, dan cepat kembali

Mulanya sang ibu kurang setuju dengan niatan Malin Kundang. Namun akibat terus didesak, akhirnya beliau menyetujui kepergian anaknya.“Anakku, jika engkau berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak,” pesan Ibu Rubayah pada anaknya, Malin Kundang.Beberapa hari kemudian, Malin Kundang pergi meninggalkan sang ibu dan kampung halamannya. Setiap harinya, tak henti-hentinya sang ibu selalu mendoakan kesuksesan dan keselamatan Malin Kundang selama di perantauan. Ia pun selalu berharap agar anaknya cepat kembali.

Siapa yang tidak mengenal cerita Malin Kundang? Cerita Legenda dari wilayah Sumatera Barat ini bercerita mengenai seorang anak yang durhaka kepada ibunya dan lantas dikutuk menjadi sebuah batu.Sejak masih anak-anak, kita sudah mendengarkan atau membaca cerita Malin Kundang tersebut. Cerita Malin Kundang selalu menjadi pengingat bagi siapa saja untuk nurut dan berbakti kepada orang tua terutama ibu. Lantas bagaimana selengkapnya cerita Malin Kundang yang banyak memberikan pesan moral? Yuk, Bunda simak ceritanya berikut ini.

Malin Kundang memutuskan merantau mencari nafkah

Ketika beranjak dewasa, Malin berpikir untuk pergi merantau ke negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali pulang ke kampung halaman, ia akan menjadi seorang yang kaya raya.Niatannya untuk pergi mencari nafkah terwujud setelah menerima ajakan seorang nakhoda kapal dagang, yang dulunya hidup miskin kini sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Ibu Malin selalu berdoa agar anaknya sehat, sukses, dan cepat kembali

Mulanya sang ibu kurang setuju dengan niatan Malin Kundang. Namun akibat terus didesak, akhirnya beliau menyetujui kepergian anaknya.“Anakku, jika engkau berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak,” pesan Ibu Rubayah pada anaknya, Malin Kundang.Beberapa hari kemudian, Malin Kundang pergi meninggalkan sang ibu dan kampung halamannya. Setiap harinya, tak henti-hentinya sang ibu selalu mendoakan kesuksesan dan keselamatan Malin Kundang selama di perantauan. Ia pun selalu berharap agar anaknya cepat kembali.

Bertahun-tahun merantau, Malin tidak pernah mengabarkan keadaannya ke Ibunya

Selama berada di dalam kapal, Malin Kundang banyak belajar ilmu mengenai pelayaran. Ilmu tersebut lantas ia terapkan sesampainya di negeri seberang. Bertahun-bertahun ia bekerja dengan keras hingga kini menjadi orang kaya yang memiliki banyak kapal dagang. Meski begitu, ternyata tak pernah sekalipun Malin Kundang mengirimkan surat atau bertukar kabar dengan ibunya. Seolah Malin Kundang telah melupakan keberadaan ibunya di kampung.

Malin Kundang telah sukses dan menikah dengan putri bangsawan

Tak lama kemudian, Malin Kundang mempersunting salah seorang putri bangsawan. Berita mengenai Malin Kundang yang telah kaya raya dan menikah, sampai ke telinga sang ibu. Beliau merasa bersyukur dan sangat gembira bahwa anaknya telah berhasil di perantauan dan kini hidup Makmur. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang selalu menunggu setiap harinya di dermaga. Ia menantikan anaknya yang mungkin akan pulang ke kampung halamannya.

Malin dan istrinya kembali ke kampung halaman

Hingga pada suatu hari, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran menuju kampung halamannya. Penduduk desa kemudian menyambut kedatangan kapal besar tersebut. Sang Ibu yang saat itu memang berada di dermaga melihat ada sepasang suami istri yang tengah berdiri di atas geladak kapal yang besar.Ibu Rubayah yakin bahwa mereka adalah anaknya yang sudah lama pergi merantau beserta sang istri.Tak lama, ketika kapal tersebut berhenti, Malin Kundang pun turun. Ia langsung disambut oleh ibunya yang sudah lama menantinya pulang

Malin Kundang dipeluk Ibunya, tapi Malin mendorongnya hingga terjatuh

“Malin Kundang, anakku! Mengapa kau pergi begitu lama tanpa pernah mengirimkan kabar?” tanya sang ibu sambil memeluk Malin Kundang.Namun yang terjadi berikutnya, Malin Kundang malah melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.“Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku,” kata Malin Kundang kepada ibunya. Malin Kundang ternyata pura-pura tidak mengenali ibunya, ia malu karena ibunya sudah tua dengan memakai pakaian yang compang-camping.“Wanita itu ibumu?” tanya istri Malin Kundang.“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku,” sahut Malin Kundang kepada istrinya.

Siapa yang tidak mengenal cerita Malin Kundang? Cerita Legenda dari wilayah Sumatera Barat ini bercerita mengenai seorang anak yang durhaka kepada ibunya dan lantas dikutuk menjadi sebuah batu.Sejak masih anak-anak, kita sudah mendengarkan atau membaca cerita Malin Kundang tersebut. Cerita Malin Kundang selalu menjadi pengingat bagi siapa saja untuk nurut dan berbakti kepada orang tua terutama ibu. Lantas bagaimana selengkapnya cerita Malin Kundang yang banyak memberikan pesan moral? Yuk, Bunda simak ceritanya berikut ini.

Malin Kundang memutuskan merantau mencari nafkah

Ketika beranjak dewasa, Malin berpikir untuk pergi merantau ke negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali pulang ke kampung halaman, ia akan menjadi seorang yang kaya raya.Niatannya untuk pergi mencari nafkah terwujud setelah menerima ajakan seorang nakhoda kapal dagang, yang dulunya hidup miskin kini sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Ibu Malin selalu berdoa agar anaknya sehat, sukses, dan cepat kembali

Mulanya sang ibu kurang setuju dengan niatan Malin Kundang. Namun akibat terus didesak, akhirnya beliau menyetujui kepergian anaknya.“Anakku, jika engkau berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak,” pesan Ibu Rubayah pada anaknya, Malin Kundang.Beberapa hari kemudian, Malin Kundang pergi meninggalkan sang ibu dan kampung halamannya. Setiap harinya, tak henti-hentinya sang ibu selalu mendoakan kesuksesan dan keselamatan Malin Kundang selama di perantauan. Ia pun selalu berharap agar anaknya cepat kembali.

Bertahun-tahun merantau, Malin tidak pernah mengabarkan keadaannya ke Ibunya

Selama berada di dalam kapal, Malin Kundang banyak belajar ilmu mengenai pelayaran. Ilmu tersebut lantas ia terapkan sesampainya di negeri seberang. Bertahun-bertahun ia bekerja dengan keras hingga kini menjadi orang kaya yang memiliki banyak kapal dagang. Meski begitu, ternyata tak pernah sekalipun Malin Kundang mengirimkan surat atau bertukar kabar dengan ibunya. Seolah Malin Kundang telah melupakan keberadaan ibunya di kampung.

Malin Kundang telah sukses dan menikah dengan putri bangsawan

Tak lama kemudian, Malin Kundang mempersunting salah seorang putri bangsawan. Berita mengenai Malin Kundang yang telah kaya raya dan menikah, sampai ke telinga sang ibu. Beliau merasa bersyukur dan sangat gembira bahwa anaknya telah berhasil di perantauan dan kini hidup Makmur. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang selalu menunggu setiap harinya di dermaga. Ia menantikan anaknya yang mungkin akan pulang ke kampung halamannya.

Malin dan istrinya kembali ke kampung halaman

Hingga pada suatu hari, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran menuju kampung halamannya. Penduduk desa kemudian menyambut kedatangan kapal besar tersebut. Sang Ibu yang saat itu memang berada di dermaga melihat ada sepasang suami istri yang tengah berdiri di atas geladak kapal yang besar.Ibu Rubayah yakin bahwa mereka adalah anaknya yang sudah lama pergi merantau beserta sang istri.Tak lama, ketika kapal tersebut berhenti, Malin Kundang pun turun. Ia langsung disambut oleh ibunya yang sudah lama menantinya pulang

Malin Kundang dipeluk Ibunya, tapi Malin mendorongnya hingga terjatuh

“Malin Kundang, anakku! Mengapa kau pergi begitu lama tanpa pernah mengirimkan kabar?” tanya sang ibu sambil memeluk Malin Kundang.Namun yang terjadi berikutnya, Malin Kundang malah melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.“Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku,” kata Malin Kundang kepada ibunya. Malin Kundang ternyata pura-pura tidak mengenali ibunya, ia malu karena ibunya sudah tua dengan memakai pakaian yang compang-camping.“Wanita itu ibumu?” tanya istri Malin Kundang.“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku,” sahut Malin Kundang kepada istrinya.

Ibu Malin Kundang sangat sedih dan berdoa kepada Allah

Sang ibu yang mendengar perkataan tersebut dan diperlakukan semena-mena oleh anak kandungnya sendiri, lantas merasa sedih sekaligus marah.Ia tidak menduga bahwa anak semata wayang yang sangat ia sayangi kini berubah menjadi anak durhaka yang tidak mengenali ibunya sendiri. Tak lama kapal Malin Kundang kemudian perlahan menjauhi tepi pantai.Karena kesedihan dan kemarahannya yang memuncak, ibu Malin Kundang kemudian menengadahkan kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah Yang Maha Kuasa, kalau ia bukan anakku, aku akan memaafkan perbuatannya tadi. Tapi jika ia memang benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu.”

Sang ibu yang mendengar perkataan tersebut dan diperlakukan semena-mena oleh anak kandungnya sendiri, lantas merasa sedih sekaligus marah.Ia tidak menduga bahwa anak semata wayang yang sangat ia sayangi kini berubah menjadi anak durhaka yang tidak mengenali ibunya sendiri. Tak lama kapal Malin Kundang kemudian perlahan menjauhi tepi pantai.Karena kesedihan dan kemarahannya yang memuncak, ibu Malin Kundang kemudian menengadahkan kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah Yang Maha Kuasa, kalau ia bukan anakku, aku akan memaafkan perbuatannya tadi. Tapi jika ia memang benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu.”

Selama berada di dalam kapal, Malin Kundang banyak belajar ilmu mengenai pelayaran. Ilmu tersebut lantas ia terapkan sesampainya di negeri seberang. Bertahun-bertahun ia bekerja dengan keras hingga kini menjadi orang kaya yang memiliki banyak kapal dagang. Meski begitu, ternyata tak pernah sekalipun Malin Kundang mengirimkan surat atau bertukar kabar dengan ibunya. Seolah Malin Kundang telah melupakan keberadaan ibunya di kampung.

Malin Kundang telah sukses dan menikah dengan putri bangsawan

Tak lama kemudian, Malin Kundang mempersunting salah seorang putri bangsawan. Berita mengenai Malin Kundang yang telah kaya raya dan menikah, sampai ke telinga sang ibu. Beliau merasa bersyukur dan sangat gembira bahwa anaknya telah berhasil di perantauan dan kini hidup Makmur. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang selalu menunggu setiap harinya di dermaga. Ia menantikan anaknya yang mungkin akan pulang ke kampung halamannya.

Malin dan istrinya kembali ke kampung halaman

Hingga pada suatu hari, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran menuju kampung halamannya. Penduduk desa kemudian menyambut kedatangan kapal besar tersebut. Sang Ibu yang saat itu memang berada di dermaga melihat ada sepasang suami istri yang tengah berdiri di atas geladak kapal yang besar.Ibu Rubayah yakin bahwa mereka adalah anaknya yang sudah lama pergi merantau beserta sang istri.Tak lama, ketika kapal tersebut berhenti, Malin Kundang pun turun. Ia langsung disambut oleh ibunya yang sudah lama menantinya pulang

Malin Kundang dipeluk Ibunya, tapi Malin mendorongnya hingga terjatuh

“Malin Kundang, anakku! Mengapa kau pergi begitu lama tanpa pernah mengirimkan kabar?” tanya sang ibu sambil memeluk Malin Kundang.Namun yang terjadi berikutnya, Malin Kundang malah melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.“Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku,” kata Malin Kundang kepada ibunya. Malin Kundang ternyata pura-pura tidak mengenali ibunya, ia malu karena ibunya sudah tua dengan memakai pakaian yang compang-camping.“Wanita itu ibumu?” tanya istri Malin Kundang.“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku,” sahut Malin Kundang kepada istrinya.

Ibu Malin Kundang sangat sedih dan berdoa kepada Allah

Sang ibu yang mendengar perkataan tersebut dan diperlakukan semena-mena oleh anak kandungnya sendiri, lantas merasa sedih sekaligus marah.Ia tidak menduga bahwa anak semata wayang yang sangat ia sayangi kini berubah menjadi anak durhaka yang tidak mengenali ibunya sendiri. Tak lama kapal Malin Kundang kemudian perlahan menjauhi tepi pantai.Karena kesedihan dan kemarahannya yang memuncak, ibu Malin Kundang kemudian menengadahkan kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah Yang Maha Kuasa, kalau ia bukan anakku, aku akan memaafkan perbuatannya tadi. Tapi jika ia memang benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu.”